Melihat Komersialisasi Didalam Sepak Bola Indonesia
Komersialisasi didalam sepak bola menjadi salah satu unsur yang tidak kalah penting. Di Indonesia, banyak pengusaha atau selebritis yang tidak segan-segan memberikan kucuran dana untuk sebuah klub agar bisa saling bekerja sama. Dari komersialisasi ini, tentunya memiliki beberapa keuntungan yang bisa didapatkan jika komersialisasi tersebut berjalan dengan lancar. Yaitu, bisa lebih membangun kekuatan tim dan membeli pemain-pemain yang bernilai jual tinggi agar lebih mendongkrak popularitas (citra) klub itu sendiri kepada suporter tim agar semakin tertarik.
Mengapa komersialisasi didalam klub ini dikatakan tidak kalah penting? Karena melalui komersialisasi ini, klub bisa membeli pemain yang memiliki fans sepak bola cukup banyak agar bisa membantu komersialisasi klub dan tentunya membeli pemain dengan skill bagus untuk memberikan prestasi bagi tim. Salah satunya adalah klub Bali United FC yang merupakan klub sepak bola asal Pulau Dewata Bali yang bisa mengelola komersialisasi klub dengan sangat baik meskipun saat ini sedang terjadi pandemi.
Berbicara tentang komersialisasi didalam sepak bola Indonesia, Bali United FC juga mendapatkan keuntungan yang cukup banyak melalui proses komersialisasi tersebut karena klub bekerja sama dengan banyak sponsor serta penjualan merchandise yang selalu meningkat. Selain itu, Bali United FC dipegang oleh CEO yang tahu betul situasi komersialisasi dan bisnis yang ada didalam klub-klub di Indonesia.
Komersialisasi yang baik adalah komersialisasi yang membuat tim lebih berkembang lagi sebagai contoh, Bali United memiliki sponsor-sponsor yang lumayan banyak. Hal itulah yang membuat manajemen klub berani dalam membeli pemain yang tergolong mahal untuk mendongkrak daya tarik suporter. Selain itu, ketika suporter tertarik dengan klub ini maka suporter akan rela membeli merchandise pemain idolanya.
Hal ini juga dikuatkan dengan, Lukas Deni Setiawan dalam artikelnya berjudul Bola-Bola Global: Hak Siar Sepak Bola dan Spasialisasi Media Di Indonesia yang dimuat di buku Sport, Komunikasi, dan Audiens (2014) menyatakan, hiburan dan komersialisasi sepak bola yang dianggap menjadi kesuksesan didalam sebuah klub bisa dilihat dari faktor penjualan merchandise itu sendiri.
Coba kita lihat, apakah yang akan terjadi jika tidak dilakukan komersialisasi didalam klub? Akan susah bagi klub untuk memperoleh keuntungan. Hal ini hanya akan membuat citra klub semakin terpuruk karena tidak mendapatkan kepercayaan dari penggemar sepak bola negeri ini.
Dari segi kualitas klub, tentu tidak akan berkembang karena sebagian besar pembelian pemain yang memiliki harga mahal pasti melalui dana yang dihasilkan dari komersialisasi tersebut. Namun dengan berkembangnya sepak bola di Indonesia, jika komersialisasi klub dilakukan dengan cara yang dianggap memberatkan pecinta sepak bola, bukan tidak mungkin suporter tidak tertarik lagi dengan sepak bola.
Komersialisasi yang dilakukan tidak benar juga sering terjadi di negara manapun. Masih teringat jelas pada tahun 2013 ketika berkunjung di Indonesia salah satu klub asal Inggris, yaitu Chelsea FC justru tidak setuju dengan sikap promotornya yang mematok harga fantastis untuk sebuah acara diluar jadwal pertandingan dan meminta promotor mengembalikan uang fans mereka. Tentunya sikap dari klub Chelsea FC ini jarang ditunjukan oleh klub-klub di Indonesia, karena komersialisasi ini bagi sebuah klub dianggap sebagai bisnis.
Komersialisasi didalam klub bukanlah sebuah hal yang menjijikan meskipun dianggap sebagai bisnis para petinggi klub. Jika klub tidak ingin kehilangan suporter, maka manajemen harus benar-benar menyeimbangkan antara komersialisasi untuk memajukan tim dan persaingan bisnis. Selain itu, manajemen klub dimasa pandemi seperti ini harus pintar-pintar dalam mengelola dan mengeluarkan produk merchandise agar suporter tim tetap bisa membeli, serta menyisihkan keuntungan untuk klub.
Shinta Yud Primayanti, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan